BANDAR LAMPUNG, INIHARI.ID – Penyanyi dan vokalis band Kiki The Potters mengaku ditawari untuk manggung di Pekan Raya Lampung (PRL), yang akan digelar pada 22 Mei hingga 10 Juni 2024 mendatang di PKOR Way Halim.
Namun sebagi wujud solidaritas, dia enggan manggung jika hanya segelintir saja seniman Lampung yang dilibatkan. Hal itu dikatakan Kiki kepada inihari.id melalui pesan WhatsApp, Sabtu malam (20/4/2024).
“Sebagai solidaritas sesama musisi dari Lampung, walaupun pihak The Potters sudah dihubungi EO PRL untuk manggung, kita menolak untuk tampil apabila seniman Lampung hanya segelintir yang mengisi aara PRL,” kata Kiki.
Menurut Kiki, hal itu dilakukannya sebagai bentuk penghargaan kepada teman-teman seniman Lampung lainnya, sekaligus memberikan pelajaran kepada penyelenggara PRL agar ke depan kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Pokoknya biar jangan kebiasaan ini pihak penyelenggara, bayar artis dari Pulau Jawa mahal-mahal bisa, bahkan sampai ratusan juta juga dibayar, sedangkan mereka nggak ngasih tempat dan apresiasi untuk seniman anak-anak muda yang berpotensi dari Lampung untuk show di PRL,” bebernya.
“Silahkan temen-temen media kalau dimuat dan dikutip statement dari The Potters Band Nasional Asli dari Lampung,” tulisnya.
“Kita nggak mau manggung disana kalau musisi Lampung hanya segelitir yang ngisi acara. Kita terkesan hanya jadi “pajangan” sekedar pelengkap acara . Ayo Kita tunjukan Solidaritas sesama warga dan seniman Lampung,” tulisnya lagi.
Masih kata pelantun tembang Hits “Keterlaluan” itu sikapnya tersebut bukan sekedar masalah dapat job atau tidak dari PRL. Tapi masalah prinsip, bahwa perhelatan rakyat Lampung, seharusnya secara keseluruhan melibatkan dari para seniman Lampung sebagai “ruh” nya.
“Ya ini bukan soal dapat job atau nggak dapat job, kalau kita The Potters jangankan PRL , sampe Hongkong dan Jepang aja udh pernah manggung,” pungkasnya.
Sebelumnya, seniman dan penyanyi klasik Lampung Tulangbawang Hairudin Cikdin turut menyesalkan terkait tidak dilibatkannya para seniman musik lokal di Pekan Raya Lampung (PRL) yang akan digelar pada 22 Mei hingga 10 Juni 2024 mendatang di PKOR Way Halim.
Menurut Hairudin, PRL yang dulu dikenal dengan nama Lampung Fair sangat jauh berbeda dengan sekarang. Kalau dulu seluruh pengisi acaranya adalah para seniman, musisi dan budayawan asli Lampung.
“Kalaupun ada dari luar, paling hanya satu atau dua grub band terkenal yang ditampailkan saat puncak acara saja. Semua yang mengisi acara adalah seniman asli Lampung,” ujarnya saat diwawancarai via telepon, Sabtu (20/4/2024).
Putra maestro musik klasik Lampung Tulangbawang Cikdin Syahri itu mengatakan, saat zaman Pak Sjahroedin ZP jadi Gubernur Lampung, para seniman musik tradisional seperti dirinya ditempatkan dipanggung kehormatan.
“Dulu gak ada itu audisi-audisian, kami langsung dipanggil pihak Dinas Pariwisata atas perintah Pak Gubenur, untuk mengisi acara saat pembukaan acara. Kami bernyanyi di depan Pak Gubernur dan seluruh pejabat yang hadir. Saat itu seniman Lampung sangat dihargai, ditempatkan di panggung kehormatan,” kenangnya.
Berbeda sekali kalau sekarang, kecintaan pada seni budaya Lampung kian luntur. Gubernur dan pejabatnya pemerintahannya kurang perhatian.
“Bahkan sekelas Pekan Raya Lampung saja yang notabene perhelatan dan hajat rakyat Lampung, seniman seperti kami sama sekali tidak dilirik dan diabaikan. Tidak pernah lagi kami dilibatkan, ” keluhnya. (Ido/FSA)