banner 728x250
Opini  

LEBARAN YANG EFISIEN

banner 120x600
banner 468x60

Oleh : Syarief Ediansah, S.H.I, MM

(Pemerhati Masalah Sosial Politik)

banner 325x300

Hari raya idul fitri atau yang lebih kita kenal dengan istilah Lebaran Merupakan momen paling dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perayaan sebagai tanda telah berakhirnya bulan suci Ramadan ini bukan hanya sekadar ritual hari raya keagamaan saja, tetapi juga menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk berkumpul bersama keluarga, mempererat silaturahmi, serta berbagi kebahagiaan dengan sesama. Berbagai tradisi khas Lebaran, seperti mudik, berbagi THR (Tunjangan Hari Raya), tradisi Baju Baru dan menyajikan hidangan istimewa, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat.

Namun, di balik kemeriahan Lebaran tersebut , sering kali muncul persoalan dalam hal pengelolaan keuangan yang terkadang justru melahirkan permasalahan baru pasca lebaran. Semua orang mengalami peningkatan pengeluaran yang cukup drastis selama periode ini, mulai dari belanja kebutuhan Lebaran, biaya perjalanan mudik, hingga dana untuk berbagi kepada keluarga dan kerabat. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan keuangan setelah Lebaran berakhir. Tidak sedikit orang yang bahkan harus berutang atau mengorbankan kebutuhan lain demi memenuhi tuntutan perayaan yang semakin konsumtif.

Oleh karena itu, efisiensi dalam merayakan Lebaran menjadi hal yang sangat penting. Efisiensi bukan berarti mengurangi esensi kebahagiaan Lebaran, melainkan bagaimana cara merayakan hari raya dengan bijak, hemat, dan tetap bermakna. Dengan perencanaan anggaran yang tepat, pengeluaran yang cermat, serta pengambilan keputusan yang bijak dalam setiap aspek perayaan, Lebaran bisa tetap berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan beban finansial yang berlebihan.

Efisiensi ini tentu harus dilakukan oleh semua pihak baik masyarakat itu sendiri yang melaksanakan lebaran ataupun kehadiran pemerintah yang berupa policy terkait dengan bagaimana merangsang dan mensubsidi masyarakat supaya bisa hemat dalam pelaksanaan lebaran kali ini.

Presiden Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan telah menekankan pentingnya efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam perayaan Lebaran. Dalam konteks perayaan Lebaran, pemerintah semestinya bisa hadir di tengah-tengah masyarakat dengan melahirkan beberapa kebijakan yang pro terhadap masyarakat seperti halnya :

Penurunan tarif Transportasi Udara, Laut dan Darat.

Mudik Lebaran adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh jutaan masyarakat Indonesia untuk kembali ke kampung halaman dan bersilaturahmi dengan keluarga. Namun, setiap tahun, lonjakan jumlah pemudik menyebabkan peningkatan signifikan dalam permintaan transportasi, yang berujung pada kenaikan tarif tiket pesawat, kereta api, bus, dan moda transportasi lainnya. Kenaikan tarif ini menjadi beban ekonomi bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berasal dari golongan menengah ke bawah.

Dalam konteks kesejahteraan masyarakat, tingginya biaya transportasi dapat mengurangi daya beli, mempersempit kesempatan bagi masyarakat untuk mudik, dan bahkan berpotensi meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan kemacetan parah serta risiko kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, Pemerintah mestinya ikut serta melahirkan kebijakan penurunan tarif transportasi bukan malah membuat regulasi yang justru terkesan melegalisasi kenaikan tarif transportasi yang dilakukan perusahaan Angkutan umum. Hal ini penting dilakukan bukan hanya membantu masyarakat tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Penurunan Tarif Tol di semua jalan Tol. 

Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang melibatkan pergerakan jutaan orang dari kota ke daerah asal mereka. Sebagian besar pemudik menggunakan jalur darat, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jalan tol menjadi infrastruktur utama dalam mendukung kelancaran perjalanan ini. Namun, tingginya tarif tol sering kali menjadi beban finansial bagi masyarakat, terutama mereka yang melakukan perjalanan jauh. Hal ini terkadang juga menjadi alasan dari Pengusaha angkutan umum untuk menaikkan tarif dari sebelum pelaksananan lebaran. Oleh karena itu, kebijakan penurunan tarif tol di semua jalan Tol disemua wilayah NKRI tanpa terkecuali saat Lebaran menjadi langkah strategis yang pasti membawa berbagai manfaat dan dampak yang positip dalam berbagai dimensi. ​

Penurunan Harga BBM bersubsidi

Kebijakan Pemerintah mengumumkan penurunan harga BBM non subsidi beberapa waktu yang lalu mesti juga diikuti oleh penurunan harga subsidi BBM yang bersubsidi karena jenis BBM ini yang paling banyak dan paling sering digunakan oleh masyarakat dan para pengusaha transportasi lainnya. Ini menjadi penting dilakukan karna Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran strategis dalam perekonomian suatu negara, terutama menjelang perayaan besar seperti Lebaran. Sebagai kebutuhan utama bagi transportasi pribadi maupun umum, fluktuasi harga BBM dapat berdampak langsung pada biaya perjalanan masyarakat, harga barang dan jasa, serta tingkat inflasi.

Penurunan harga BBM menjelang Lebaran memiliki dampak positif yang luas, mulai dari menekan biaya transportasi, mengurangi inflasi akibat tingginya harga barang, hingga mendukung kelancaran arus mudik dengan biaya lebih terjangkau. Oleh karena itu, kebijakan ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat selama periode perayaan Lebaran.
Bagi masyarakat itu sendiri tentu menjadi hal yang penting untuk menerapkan langkah-langkah efisiensi dalam merayakan Lebaran agar tetap dapat menikmati suasana kebersamaan tanpa harus mengalami kesulitan finansial setelahnya. Dengan perencanaan anggaran yang matang, pengelolaan belanja yang bijak,efisiensi dalam mudik dan transportasi, pengelolaan konsumsi dan THR secara bijak serta memilih alternatif silaturrahmi yang efektif dan hemat maka kita dapat merayakan lebaran dengan baik, leberan secara sederhana namun tetap bermakna tanpa menghilangkan esensi dari lebaran itu sendiri sebagaimana telah diatur dalam kaidah agama kita.

Kekeliruan dalam memahami makna lebaran
Hakikat Lebaran/Idul fitri sebagai ibadah spiritual, sosial, dan budaya dalam prakteknya terkadang sering dimaknai berbeda oleh masyarakat. Akibatnya, banyak orang yang justru merayakan Idulfitri dengan cara yang kurang sesuai dengan esensinya. Memahami esensi Lebaran tersebut, tidak jarang terjadi kekeliruan yang beredar di tengah masyarakat sehingga melupakan makna spiritual dari Idulfitri itu sendiri. Selain itu, ada juga kesalahpahaman mengenai kewajiban dalam perayaan ini, seperti anggapan bahwa saling bermaafan hanya bisa dilakukan saat Lebaran atau bahwa zakat fitrah hanya bersifat opsional dll. Berikut adalah beberapa makna Lebaran yang keliru:

Lebaran Identik dengan Kemewahan dan ajang Kompetisi Sosial.

Banyak orang menganggap bahwa Lebaran harus dirayakan dengan segala sesuatu yang serba baru dan mewah, seperti baju baru, perabotan baru, bahkan kendaraan baru. Padahal, inti dari Lebaran adalah kembali kepada kesucian hati dan mempererat hubungan dengan sesama, bukan ajang pamer kekayaan. Kesalahpahaman ini sering kali membuat orang mengeluarkan uang secara berlebihan, bahkan sampai berutang demi memenuhi ekspektasi sosial. Padahal, kebahagiaan Lebaran tidak bergantung pada barang baru, melainkan pada kebersamaan dan ketulusan hati.

Sebagian orang memandang Lebaran sebagai momen untuk menunjukkan keberhasilan hidup, seperti rumah yang lebih besar, kendaraan dan pakaian yang lebih mewah, atau perjalanan liburan yang lebih jauh. Padahal, Lebaran bukan tentang membandingkan diri dengan orang lain, melainkan tentang introspeksi dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia. Jika perayaan Idul Fitri dijadikan ajang kompetisi sosial, maka nilai ketulusan dan kesederhanaannya akan hilang.

– Lebaran Hanya tentang Makan-Makan dan Pesta.

Tradisi menyajikan hidangan khas Lebaran memang sudah menjadi budaya yang melekat. Namun, jika perayaan ini hanya dipahami sebagai ajang makan-makan dan berpesta, maka makna spiritualnya bisa hilang. Lebaran seharusnya menjadi momen untuk bersyukur dan berbagi, bukan sekadar memanjakan diri dengan makanan berlimpah. Mengendalikan diri dalam konsumsi juga bagian dari hikmah Ramadan yang seharusnya tetap diterapkan setelah bulan puasa berakhir.

– Memberi THR atau Hadiah sebagai Kewajiban Mutlak.

Memberi Tunjangan Hari Raya (THR) atau hadiah kepada anak-anak dan sanak saudara memang tradisi yang baik, tetapi tidak seharusnya menjadi kewajiban mutlak yang membebani. Beberapa orang merasa terpaksa memberikan THR dalam jumlah besar demi menjaga gengsi atau memenuhi ekspektasi keluarga. Padahal, esensi berbagi dalam Lebaran adalah ketulusan, bukan karena tekanan sosial. Jika kondisi finansial tidak memungkinkan, tidak ada salahnya memberi dalam jumlah yang lebih kecil atau menggantinya dengan bentuk perhatian lain.

– Lebaran Sebagai Akhir dari Ibadah.

Sebagian orang menganggap bahwa setelah Lebaran/Idul fitri, ibadah dan kebiasaan baik selama Ramadan bisa ditinggalkan, atau secara alami lambat laun Kembali kepada kebiasaan sebelum Ramadhan.

Padahal, Lebaran seharusnya menjadi titik awal untuk mempertahankan kebiasaan baik, seperti memperbanyak ibadah, bersedekah, dan menjaga hubungan baik dengan sesama.

Sebagai masyarakat tentu kita harus Memahami makna Lebaran dengan benar.hal ini menjadi sangat penting agar perayaannya tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lebaran seharusnya menjadi momen untuk bersyukur, berbagi, dan mempererat silaturahmi dengan cara yang sederhana dan tulus. Hindari kesalahpahaman yang menjadikan Lebaran sebagai ajang kemewahan, pamer, atau pemborosan. Dengan menjaga esensi sebenarnya, kita dapat merasakan kebahagiaan Lebaran yang lebih bermakna dan berkah.
Lebaran yang meriah tidak harus selalu identik dengan pengeluaran besar. Justru dengan perencanaan yang baik, kita bisa lebih menikmati momen kebersamaan, berbagi dengan tulus, dan tetap menjaga keseimbangan keuangan. Mari rayakan Lebaran dengan bijak, sehingga kebahagiaan yang kita rasakan tidak hanya berlangsung sesaat, tetapi juga memberikan dampak positif dalam jangka panjang.

Selamat menyambut lebaran. Mohon maaf Lahir dan batin.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamit thorieq.

banner 325x300
Penulis: *Editor: Ferry Susanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 400x130