LAMPUNG SELATAN, INIHARI.ID— Musim panen jagung kedua tahun ini telah tiba di Kabupaten Lampung Selatan, namun petani masih menghadapi ketidakpastian harga dan kelangkaan regulasi penyerapan hasil panen. Berbeda dengan semangat produktivitas, tekanan terhadap harga rendah menjadi kekhawatiran utama.
Produksi Tumbuh, Tapi Harga Petani Melemah
Data BPS mencatat, pada 2024 Lampung Selatan menggarap lahan panen jagung seluas 124.672 hektare, dengan total produksi mencapai 816.975 ton—menjadikannya komoditas unggulan setelah padi . Hingga tahun 2025, Pemkab mencatat luas tanam mencapai 127.718 hektare dengan produksi 783.027 ton dan produktivitas rata-rata 6,13 ton per hektare .
Namun semangat petani teredam oleh anjloknya harga jagung kering. Suyatno, koordinator Poktan dan Gapoktan mitra Bulog, menyatakan bahwa harga dari Rp 4.500–5.000/kg pada Maret–April kini turun drastis menjadi Rp 3.000–3.500/kg . Agroekonominya tidak seimbang, meski terjadi lonjakan produksi.
Tuntutan ke Pemerintah dan Bulog
Pada 28 April, Suyatno bersama perwakilan kelompok tani mengadu ke DPR RI, Bappenas, dan Dirjen Tanaman Pangan Kementan. Mereka mendesak Bulog membeli jagung petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 5.500/kg untuk kadar air 30–35 persen, bukan kadar 14 persen yang saat ini berlaku dan menyulitkan petani kecil .
> “Standar kadar air 14 persen terlalu tinggi untuk petani. Harusnya harga sesuai kadar 30–35 persen,” tegas Suyatno.
Menurutnya, jika diterapkan kadar 20 persen, pelaku usaha besar justru yang diuntungkan, bukan petani.
Pemkab Siap Menopang Petani
Pemkab Lampung Selatan melalui program tanam jagung serentak 1 juta hektare mendukung swasembada pangan dan menjaga produksi tetap tinggi . Pj Sekda Intji Indriati menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan di lahan strategis seperti Way Urang dan Kalianda, dengan persiapan yang matang agar hasilnya optimal .
Bupati Radityo Egi Pratama menegaskan, panen raya jagung menandai kolaborasi antara petani, Pemkab, Polres, dan TNI dalam mendorong ketahanan pangan . Ia menyebut Lampung Selatan berada di peringkat kedua produsen jagung Provinsi Lampung, serta menegaskan dukungan langsung terhadap petani melalui dukungan teknis, penyuluhan, dan kedekatan dengan Bulog.
> “Kami berterima kasih kepada petani dan penyuluh yang bekerja tanpa kenal lelah. Panen raya ini wujud nyata sinergi kita dalam mencapai swasembada jagung 2025,” kata Bupati.
Menuju 2025, Pemkab siap menggandeng sektor korporasi seperti PTPN untuk pengembangan lahan jagung seluas minimal 600 hektare, sebagai bagian dari strategi peningkatan efisiensi dan produksi .
Harapan di Balik Tantangan
Dengan produksi jagung yang semakin tinggi, tekanan harga tetap menjadi dilema utama petani di Lampung Selatan. Kepastian kebijakan penyerapan—terutama penguatan HPP dan standar kadar air panen—diharapkan mampu menyeimbangkan kesejahteraan petani dengan upaya peningkatan produksi.
Jika memungkinkan, Bulog perlu menyesuaikan mekanisme pembelian dengan kondisi petani. Sementara itu, kerangka kolaborasi terpadu antara Pemkab, Bulog, petani, dan sektor swasta dapat menjadi fondasi kuat untuk menjawab tantangan produksi jagung dan menjaga stabilitas harga di masa depan.(*)