Permintaan Tapioka Dunia Merosot, Harga Singkong Nasional Tertekan

BANDARLAMPUNG, INIHARI.ID — Melemahnya permintaan tapioka global sepanjang 2024–2025 membuat harga singkong di Indonesia terus tertekan. Di Lampung, harga riil di tingkat petani kini hanya Rp1.000–1.100 per kilogram, jauh di bawah ketetapan pemerintah Rp1.350/kg.

Penurunan harga dipicu anjloknya pasar tapioka dunia, terutama di sektor kertas dan pangan. Asosiasi Perdagangan Tapioka Thailand mencatat harga ekspor turun dari US$568/ton (awal 2024) menjadi US$405–450/ton pada Agustus 2025. Kondisi serupa juga menekan industri tapioka Lampung yang saat ini menumpuk stok hingga 400 ribu ton.

Lampung sendiri menjadi episentrum industri tapioka nasional dengan lahan singkong 239.994 hektare dan produksi 7,16 juta ton pada 2024. Terdapat 67 industri tapioka, mayoritas di Lampung Tengah, yang menghasilkan 1,79 juta ton dengan nilai produksi Rp10,7 triliun.

Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Lampung, Helmi Hasanuddin, menilai harga singkong masih berpotensi turun hingga awal 2026. Ia mendorong kemitraan petani–industri serta opsi diversifikasi ke jagung berbasis ekosistem bisnis terintegrasi.

Sementara itu, Sekretaris Himpunan Perusahaan Tepung Tapioka Indonesia (HPPTI), Tigor Silitonga, menekankan pentingnya proteksi pasar domestik. “Pembatasan impor harus jadi prioritas agar produk lokal terserap. Peningkatan produktivitas melalui kemitraan juga mutlak dilakukan,” ujarnya.

Meski diversifikasi jagung terbuka, baik MSI maupun HPPTI sepakat singkong tetap menjadi komoditas utama Lampung. Strategi jangka panjang diarahkan pada efisiensi produksi, proteksi pasar, dan penguatan pola kemitraan berkelanjutan.(*)

Penulis: FesaEditor: Ferry Susanto
Exit mobile version