#kacamatamasjun.
Oleh : Muhammad Junaidi
Bagi generasi Y dan Z, nama Rahmat Mirzani DJausal tentu tak asing. Ia adalah sosok yang dikenal luwes dan bersahabat dengan siapapun. Dikenal sebagai orang yang baik, Mirza adalah gambaran generasi milenial yang cenderung lebih berani berpendapat, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan berpikir out of the box dibanding generasi sebelumnya yang agak kaku, disiplin dan tegas.
Sebagai putra dari seorang pengusaha yang terkenal kaya, tentu previlege yang ia miliki dapat saja membuat ia membatasi pergaulannya dengan lingkungan yang setara. Namun tidak dengan Mirza, ia menjadi teman bagi siapapun mulai dari pengusaha muda, aktivis, wartawan, dan ragam profesi serta status sosial berbeda.
Lewat Hipmi himpunan pengusaha muda indonesia yang melambungkan namanya dalam jajaran tokoh muda Lampung ketika itu, Mirza banyak menggelar kegiatan yang melibatkan anak- anak muda. Uniknya “kader” binaannya dimasa itu, terlihat hari ini banyak yang bergabung dalam Partai Gerindra yang kini dipimpinnya. Tentu ini membuktikan persahabatan saling support yang ia jalani menghasilkan energi positif yang mengarah pada ikatan dan jiwa korsa barisannya.
Tak banyak anak muda yang bisa membangun persaudaraan layaknya Mirza. Kita bisa lihat hal itu manakala Hijrah menjadi jalan hidupnya. Ia tidak sendirian seperti kebanyakan orang yang merindukan ekstase spiritual lalu memilih jalan sunyi di pengunungan.
Kyai Mirza demikian ia disapa, memilih langkah “kalau boleh di katakan” menyelamatkan kawanan domba dalam sergapan srigala duniawi. Ia mengajak “barisannya” untuk bersama sama mengubah haluan hidup menuju jalan Tuhan. Secara bertahap ia mengajak rekan- rekannya untuk bersama sama memakmurkan masjid sekaligus menumbuhkan kesadaran spiritual.
Bagi kyai mirza “dunia sementara, akhirat selamanya”. Namun tidak berarti hal itu meninggalkan hiruk pikuk dunia, sebab hidup mesti berjalan seiring perkembangan zaman namun hidup mestilah seimbang dan sesuai dengan jalan sunnah yang telah dicontohkan oleh Rosulullah.
Sekira akhir tahun 2016, kyai Mirza memilih jalan politik. Ia menjabat sebagai Bendahara DPW PAN Lampung yang dipimpin oleh Bactiar Basri Wakil Gubernur Lampung saat itu. Tak lama berselang, pada September 2017, hanya 9 bulan memimpin PAN Lampung, Bachtiar Basri terdepak dari jabatannya sebagai Ketua DPW PAN Lampung digantikan oleh Zainudin Hasan adik kandung Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN.
Mirza pun memilih untuk pindah perahu politik ke Partai Gerindra, ia menghormati Om Bachtiar Basri tidak hanya sebagai mentor namun lebih dari itu Om Bahtiar adalah kerabat dari tanah leluhur yang sama.
Keputusan ini ternyata menjadi keputusan yang tepat, Allah menyelamatkan Syekh Mirza (demikian saya menyapanya) karena pada Juli tahun 2018 hanya dalam tempo 10 bulan menjabat Ketua DPW PAN, Zainudin Hasan yang kala itu adalah Bupati Lampung Selatan ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tak terbayang, jika Mirza tetap dalam posisi sebagai Bendahara DPW PAN, tentu, meski tidak terlibat sekalipun, ia akan pula disibukkan oleh hal itu.
Karir moncer dialami oleh Mirza di Gerindra Lampung, di pileg 2019 ia berhasil duduk menjadi Anggota DPRD Provinsi Lampung dan pada Maret 2022, Mirza kemudian mencapai tangga puncak di daerah, ia memimpin partai besutan Jenderal Prabowo ini sebagai Ketua DPD Gerindra Lampung.
Dibawah kepemimpinannya anak anak muda memiliki tempat istimewa. Barisannya semasa di HIPMI bergabung bersama dan menjadi kekuatan baru yang mandiri secara finansial.
Langkah benar sekali lagi ia lakukan, ia mampu membaca, masa ini tengah terjadi dekadensi nilai demokrasi. Kompetisi bisa dimenangkan ketika amunisi telah siap.
Benar saja pasukan tempurnya berhasil membawa kemenangan besar bagi suara Gerindra di legislatif.
Seiring dengan keberhasilannya di kompetisi elektoral legislatif, Mirza Djausal juga berhasil memenangkan Prabowo Gibran di Provinsi Lampung.
Meskipun andil besar juga diberikan oleh Partai Koalisi Indonesia Maju yang bersama berjibaku memenangkan Capres Cawapres Prabowo Gibran. Namun semua mengakui kepiawaian Faisol Djausal ayahanda dari Mirza Djausal, Ketua Tim Kampanye Daerah Lampung ini dalam memformulasikan kemenangan optimis Prabowo Gibran di lampung. Hasilnya 69 persen pemilih Lampung memberikan suaranya kepada Prabowo dan Gibran.
Berkat keberhasilan tersebut, kini jalan baru tengah dibangun oleh Mirza dan timnya. Ia telah diputuskan Maju sebagai Calon Gubernur dari Partai Gerindra.
Bukan kaleng kaleng, Sekjen DPP Gerindra secara langsung yang mendeklarasikan Rahmat Mirzani Djausal maju sebagai bakal calon Gubernur.
Menyalalah selalu dikau syekh, selamat berkompetisi dan kita sama tahu kompetisi selalu menempatkan kita pada 2 hasil yakni menang dan kalah.
Seperti apa yang Allah firmankan dalam surat Ali Imron, ayat 26.
“Allah yang memberikan kekuasaan, Allah pula yang mencabutnya. Allah yang memuliakan dan Allah pula yang menghinakan. Ditangan Allah segala kebajikan dan Allah berkuasa atas segala sesuatu”.
Maka kompetisi ini bukan hanya soal manusia namun lebih dari semuanya, ada keterlibatan Sang Maha yang tak dapat diganggugugat keputusannya. Lagi pula ini bukan soal pertarungan Daud versus Goliath, ini hanyalah rutinitas pengisian jabatan dalam sistem pemerintahan kita. Tak hari ini tentu akan ada hari esok.
Dan jikalau Allah tetapkan dikau sebagai pemimpin maka berbuat adillah sebab seperti yang kerap kita dengarkan bahwa sehari seorang pemimpin yang adil lebih mulia dibanding ibadah 60 tahun.
Selamat berjuang syekh!